Jumaat, 5 November 2021

 


AKU DAN MALAM

Tak terasa malam mendekap perlahan-lahan

dari tangkai kelopak mimpi yang tertinggal

setelah lewat tiga musim di rongga usia malam

langit membawa lara bermusim berganti sunyi

dari rahim malam dinihari hingga menenun siang

 

Ketika hijau daun tidak lagi bercambah mekar,

menyimpul  kuntum-kuntum mimpi yang berserakkan

aku dan malam terdiam panjang menjahit sekelumit doa

dari setitis embun pagi membawa sisa sinar mentari

agar ianya terang kembali di segenap cakrawala

aku dan malam mula membancuh sinar yang kian mula meluntur

dan menjemput pagi walau langit gerimis membawa mimpi

esok pasti masih ada sinar mentari di hijau daun

  

 

 

Karya: putriizzabella

3/4/2013

Brunei Darussalam

Selasa, 18 Jun 2013

Sakura





                               Sakura



Di pinggir danau
sakura berputik mekar  sepanjang dahan
segugus cahaya memantau danau tenang
memetik kelopak dari sakura dalam diam
senyap, permainan waktu
pohon dilontar angin selatan
mengalun rentak  “Senyap”

Malam berkunjung mencumbu sunyi
pada warna wangian sakura menetaskan putik
hilir mudik air berkocak di dada danau
menghiris rindu kian membeku
setelah lama bercermin bayang
merenung kenangan  tertinggal

Adakah air mata ataukah gerimis bertandang
berlapis dikupas musim di kolam resah
di kelopak sakura luruh, berguguran
mencongkak kasih menipis ingatan

“Jika tidak putih langit di pergunungan
kuntuman sakura tidak akan kembang
dari beribu pohon sakura melapisi jalur titian kayu
kalau bukan kerana langkah kaki goyah
tidak  akan aku temukan sakura berbunga mekar”


By: Putriizzabella
19112012
Brunei Darussalam

Untukmu Pagi

 





Untukmu Pagi

Harum aroma rerumput tanah basah
di tengah rimba  langit putih
di pucuk-pucuk pepohan rendang
angin pagi mengiringi putih kabus

Di jalan ini, sering-sering aku lewati
tanpa mengenal rasa jemu dan masa berlalu
ketika rindu mengundang, biarpun pedih
kuceritakan rasa ini dari jendela hati
bagaikan siang tiada bayang mentari

Untukmu pagi yang tenang menyapa hati
izinkan aku bercerita pada rerumput menghijau
pada bunga teratai tumbuh di sepanjang tanah paya
pada dahan-dahan pohon tua tiada berdaun

Betapa rindu ini sulit untuk diungkapkan
hingga kini, bisik-bisik kasih
dan sayangnya tiada lagi kudengar
sehamparan janjinya kian sepi menerpa hati
lewat jalan ini, biarlah kuceritakan untukmu pagi
sebelum mentari beranjak di punggung langit
hingga senja menjelang mewarna jingga
dan kembaliku pulang di tengah halaman
meredah waktu yang masih tersisa

By: Putriizzabella
03012013
Brunei Darussalam

Di Ujung Mata Pena






Di Ujung Mata Pena



Mana wajahmu yang molek
mana suaramu yang mendayu
mana tintamu yang mengalir

Ataukah tak sehebat ayat-ayat cinta
tak sewangi rajutan kata-kata rindu
antara koma dan titik tak seanyaman
dan selembut alunan suara mengusik hati
lalu tubuhmu semakin hari semakin mengecil
entah esok entah lusa kau tiada bernafas lagi
lalu kau akan menghilang di dunia

Bagimana nasibmu suatu saat nanti
saat mata penamu tak bertinta lagi
dan kau terbiar dipinggiran sendirian sepi

Ah katamu, mungkin kerana aku tiada berjenama
tak perlu ruang kerana kesempitan ruang
lalu kau terbuang tak diberi peluang

Di mata pena BH dan BM kau dapat bernafas kembali
BH dan BM tiada membatasimu ruang
dan kau masih mempunyai ruang tersendiri
dan ruang kosong, kau isi ruang itu setiap hari
terlalu mahal kau rasa, meski bergelut ruang sendiri
ah katamu, itu sudah cukup untukmu merajut kata
memperjuangkan ruangmu di ujung mata pena

By: Putriizzabella
25122012
Brunei Darussalam

  AKU DAN MALAM Tak terasa malam mendekap perlahan-lahan dari tangkai kelopak mimpi yang tertinggal setelah lewat tiga musim di rongga usi...